Kegugupannya tak menghentikan langkahnya, bagaikan secepat kilat ia berangkat menemui ayahnya. Ya Allah , ayah ayah ayah sebutnya tak terhitung selama ia dalam perjalanan menemui ayah.
Ayah pingsan dan mendengkur setelah jatuh sendiri di rumah kata tetangga. Ya Allah bagaimana ayah. Sampai di rumah ayah, dia coba bangunkan ayahnya tapi sia-sia. Sambil menangis tak tentu bersama tetangga ia bawa ayahnya ke Rumah Sakit. Rumah sakit rumah sakit kita bawa ke rumah sakit yang terbaik! ayo kemana .. Dia pangku ayahnya di dalam mobil sambil menangis-nangis antara berdoa dan berusaha membangunkan ayah. Cepat-ayo cepat! teriaknya sekali-kali.
Sesampai di Rumah sakit , ayah mendapat pertolongan di Instalasi Gawat Darurat. Ayah diperiksa tensi, diperiksa mata, diperiksa kadar gula. Dia sempat mendengar kadar gula ayahnya drop. Ayah diinfus, disuntikkan obat-obatan melalui infus. Dia berteriak kepada para medis di ruangan itu oksigen! oksigen! tolong bantu ayah saya dengan oksigen! Tolong bu! Tolong pak! teriaknya histeris. Para medis mencoba menyadarkan ayah tapi ayah belum juga sadar. 10 menit setelah diberi bantuan medis, ayah tersentak sadar dan merasa heran bertanya-tanya setengah berteriak, Dimana aku ini! Dimana aku ini! Aku ini kenapa!
Dia berucap syukur alhamdulillah menyaksikan ayahnya telah siuman sadarkan diri. Alhamdulillah Alhamdulillah ucapnya bertubi-tubi. Ayah menangis sambil berucap syukur alhamdulillah ketika diberitahukan keadaanya bahwa tadinya ayah jatuh pingsan dilarikan ke rumah sakit.
Ayahnya tidak mau dipindah ke ruangan inap,ayah bersikukuh mau pulang saja karena sudah merasa sehat. Benar ayahnya sehat sejak itu.
Dia menangis terharu menyadari ayahnya sudah sadar dan pulih. Biaya perobatan ayah dia selesaikan, Gedubrak !! mahal amat baru aja perawatan 10 menit sudah sekian, pikirnya.
Dia coba tersenyum di depan ayah dan keluarga. Merek bertanya berapa biaya perobatan ayah. Dia bilang sekian-sekian, tapi itu tak masalah yang penting ayah sudah pulih. Semuanya harus bersyukur.
Sejak kejadian itu dia semakin berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah, bersyukur masih diberiNya kesehatan dan rezeki. Dia ajak keluarganya supaya semakin mendekatkan diri kepada Allah dan selalu bersyukur atas nikmat kesehatan dan rezki yang telah diberiNya.
Dia berfikir, Allah itu Maha Pemurah berhamburan oksigen di atmosfer Allah ciptakan dan berikan gratis cuma-cuma, siapa saja boleh menggunaknnya tanpa berbayar siang ataupun malam.
Coba kalau Allah seperti pihak rumah sakit itu minta bayaran atas oksigen yang dihirup manusia, maka tak ada manusia yang sanggup membayarnya meskipun sekaya apa. Allahuakbar.
Sejak kejadian itu dia juga semakin bisa merendahkan hatinya terhadap Allah dan terhadap hamba-hamba Allah. Dia coba berbagi-bagi pengalaman ini mengajak teman kerabat dan siapapun yang mau mendengarkan kisah ini, termasuk penulis.
Dari kisah nyata ini penulis pun dapat mengambil hikmah yang menambah keimanan kepada Allah SWT, amiiin. Harapan penulis sahabat online juga kiranya merasakan kesyukuran yang bertambah kepadaNya setelah membaca kisah nyata ini. Amiin ya Robbal alamiin.
Ayah pingsan dan mendengkur setelah jatuh sendiri di rumah kata tetangga. Ya Allah bagaimana ayah. Sampai di rumah ayah, dia coba bangunkan ayahnya tapi sia-sia. Sambil menangis tak tentu bersama tetangga ia bawa ayahnya ke Rumah Sakit. Rumah sakit rumah sakit kita bawa ke rumah sakit yang terbaik! ayo kemana .. Dia pangku ayahnya di dalam mobil sambil menangis-nangis antara berdoa dan berusaha membangunkan ayah. Cepat-ayo cepat! teriaknya sekali-kali.
Sesampai di Rumah sakit , ayah mendapat pertolongan di Instalasi Gawat Darurat. Ayah diperiksa tensi, diperiksa mata, diperiksa kadar gula. Dia sempat mendengar kadar gula ayahnya drop. Ayah diinfus, disuntikkan obat-obatan melalui infus. Dia berteriak kepada para medis di ruangan itu oksigen! oksigen! tolong bantu ayah saya dengan oksigen! Tolong bu! Tolong pak! teriaknya histeris. Para medis mencoba menyadarkan ayah tapi ayah belum juga sadar. 10 menit setelah diberi bantuan medis, ayah tersentak sadar dan merasa heran bertanya-tanya setengah berteriak, Dimana aku ini! Dimana aku ini! Aku ini kenapa!
Dia berucap syukur alhamdulillah menyaksikan ayahnya telah siuman sadarkan diri. Alhamdulillah Alhamdulillah ucapnya bertubi-tubi. Ayah menangis sambil berucap syukur alhamdulillah ketika diberitahukan keadaanya bahwa tadinya ayah jatuh pingsan dilarikan ke rumah sakit.
Ayahnya tidak mau dipindah ke ruangan inap,ayah bersikukuh mau pulang saja karena sudah merasa sehat. Benar ayahnya sehat sejak itu.
Dia menangis terharu menyadari ayahnya sudah sadar dan pulih. Biaya perobatan ayah dia selesaikan, Gedubrak !! mahal amat baru aja perawatan 10 menit sudah sekian, pikirnya.
Dia coba tersenyum di depan ayah dan keluarga. Merek bertanya berapa biaya perobatan ayah. Dia bilang sekian-sekian, tapi itu tak masalah yang penting ayah sudah pulih. Semuanya harus bersyukur.
Sejak kejadian itu dia semakin berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah, bersyukur masih diberiNya kesehatan dan rezeki. Dia ajak keluarganya supaya semakin mendekatkan diri kepada Allah dan selalu bersyukur atas nikmat kesehatan dan rezki yang telah diberiNya.
Dia berfikir, Allah itu Maha Pemurah berhamburan oksigen di atmosfer Allah ciptakan dan berikan gratis cuma-cuma, siapa saja boleh menggunaknnya tanpa berbayar siang ataupun malam.
Coba kalau Allah seperti pihak rumah sakit itu minta bayaran atas oksigen yang dihirup manusia, maka tak ada manusia yang sanggup membayarnya meskipun sekaya apa. Allahuakbar.
Sejak kejadian itu dia juga semakin bisa merendahkan hatinya terhadap Allah dan terhadap hamba-hamba Allah. Dia coba berbagi-bagi pengalaman ini mengajak teman kerabat dan siapapun yang mau mendengarkan kisah ini, termasuk penulis.
Dari kisah nyata ini penulis pun dapat mengambil hikmah yang menambah keimanan kepada Allah SWT, amiiin. Harapan penulis sahabat online juga kiranya merasakan kesyukuran yang bertambah kepadaNya setelah membaca kisah nyata ini. Amiin ya Robbal alamiin.